Sabtu, 28 Januari 2012

Mahabbah Cinta Rabi'ah al-Adawiyah



Puisi-puisi Sufi Mahabbah Cinta Rabi’ah al-Adawiyah. Pada posting Puisi-puisi Sufi Pilihan Jalaluddin Rumi di blog ini sebelumnya, ditandaskan bahwa puisi sufi atau bisa pula dinamakan puisi cinta adalah manifestasi seorang penyair yang sadar sebagai makhluk spiritual. Sebagai makhluk sosial, seorang insan senantiasa berusaha mengungkapkan kerinduannya akan nilai-nilai spiritual demi menciptakan keutuhan dirinya.

Sementara itu, kita sadari bersama bahwa nilai-nilai spiritual itu kian hari kian tergerus oleh peradaban modern yang lebih berorientasi pada materialisme dan hedonisme. Di mana orang berlomba-lomba berhasrat dan berusaha apa saja agar memperoleh  “kepemilikan benda tertentu” dan mengejar kesenangan sesaat dengan bergaya hidup hura-hura.
Ternyata banyak orang menyadari pula, bahwa hidup dan kehidupan melulu berorientasi kebendaan dan kesenangan sesaat di atas tidak melahirkan ketenangan jiwa. Situasi dan kondisi kedahagaan seperti inilah yang membangkitkan banyak orang untuk mereguk kembali nilai-nilai spiritual dari keyakinan agama yang dianutnya. Yakni ajaran-ajaran yang dapat membawa kedamaian jiwa sebagai penawar dahaga di tengah  teriknya padang peradaban manusia yang gersang.
Bergandengan tangan dengan masalah nilai-nilai spiritual dimaksud, para sufi dengan ajaran tasawuf-nya mendapat tempat tersendiri dari banyak orang yang tengah mencari “keutuhan” dirinya itu. Dalam konteks inilah, harapan saya posting Puisi-puisi Sufi Rabi’ah al-Adawiyah dapat sedikit mengairi padang jiwa kita yang kering kerontang itu.
Mengenai tasawuf sendiri, Philip K. Hitti dalam buku History of The Arabs, mengatakan bahwa tasawuf bukanlah satu tatanan ajaran, akan tetapi lebih sebagai modus pemikiran dan perasaan dalam kerangka agama. Ia merupakan bentuk mistisisme dalam Islam.
Dikatakan lebih lanjut, pada awal kemunculannya mistisisme menampilkan suatu reaksi perlawanan terhadap upaya intelektualisme dan formalisme ajaran Islam dan Al-Qur’an yang berkembang sebagai konsekuensi.
Kata Philip K. Hitti, “Secara psikologis landasan tasawuf harus dicari dalam hasrat besar manusia untuk menyingkapkan kebenaran Tuhan dan kebenaran agama, upaya untuk mendekati Tuhan secara langsung, serta pengalaman yang lebih personal dan lebih mendalam tentang kedua kebenaran itu… Tasawuf menelusuri sumbernya dari Al-Qur’an dan Hadits.”
***
Salah satu ciri utama para sufi ialah usahanya yang gigih untuk mencapai puncak makrifat, hingga “pertemuan” dengan Illahi Rabbi. Untuk menuju “pertemuan” itu, Rabiah al-Adawiyah menyebutnya ajaran Cinta Illahi. Cinta adalah perasaan yang menenangkan hati dan meramaikan kalbu. Cinta dapat ditingkatkan mencapai puncak. Dan puncak segala cinta adalah cinta kepada Yang Maha Mencinta, yakni Allah SWT.
Puisi-puisi Sufi atau Syair-syair Cinta Rabi’ah al-Adawiyah berikut, saya kutip dari buku Mahabbah Cinta Rabi’ah al-Adawiyah, terbitan Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, Cetakan Keempat Juni 1999. Editornya Asfari MS dan Otto Sukatno CR. Tentu saja tidak dikutip semuanya. Saya  juga melakukan beberapa sentuhan bahasa, agar puisi ini lebih puitis. Selamat membaca.

Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka...
bukan pula karena mengharap masuk surga ...
Tetapi aku mengabdi, karena cintaku pada-Nya

Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu,
demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan
memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku
-----......------

Alangklah buruknya,
orang yang menyembah Allah
karena mengharap surga
dan ingin diselamatkan dari api neraka


Seandainya surga dan neraka tak ada
Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?

aku menyembah Allah
karena mengharap ridha-Nya
nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya
sudah cukup menggerakkan hatiku
untk menyembah-Mu

..

Allah menutup hati makhluk-Nya
Dengan hijab yang sedemikian halus
Para ulama terhalang karena keluasan ilmunya
Para zuhud terhijab karena amalnya
Para hukama tak mampu menembus
karena kehalusan hikmahnya
Orang arif tak ada yang menghalangi karena mereka menempatkan hati
dalam cahaya cinta ilahi

Di Ambil Dari Buku : Mahabbah Cinta Rabi'ah al-Adawiyah

0 komentar:

Posting Komentar